MENJADI PEMIMPIN
BUKAN DI LAYANI TAPI MELAYANI


PENDAHULUAN


A. PEMIMPIN
   Pemimpin yang baik adalah orang yang belajar dari kesalahan, dan tidak pernah berhenti untuk mempelajari hal yang baru berada di sekitarnya. Potensi tersebut ada di dalam masing-masing individu, tergantung bagaimana individu tersebut dapat menggali potensi tersebut sehingga dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari, mulai dari attitude, hingga menjadi inspirasi bagi orang lain.
  pemimpin yang melayani (servant leader) ini diperoleh Greenleaf tahun 1960-an ketika membaca novel karya Herman Hessee yang berjudul “Journey to the East”. Dalam cerita ini digambarkan sekelompok orang yang melakukan suatu perjalanan. Tokoh sentral dalam cerita ini bernama Leo yang ikut rombongan itu sebagai seorang pelayan yang bertugas melakukan hal kecil dan kurang berarti. Semuanya berjalan baik, sampai saat ketika Leo menghilang dan kelompok ini menjadi berantakan. Perjalanan itu pun gagal.
 Selang beberapa tahun kemudian Leo diketemukan dan ia pun diajak bergabung dengan Ordo yang mensponsori perjalanan tersebut. Dan mereka sadar bahwa Leo yang selama itu dikenalnya sebagai seorang “pelayan” pada kenyataannya adalah pemimpin sesungguhnya. 
 Dari membaca cerita ini, saya mengambil kesimpulan bahwa “pemimpin yang hebat diawali dengan bertindak sebagai pelayan bagi orang lain”. Kepemimpinan yang sesungguhnya timbul dari motivasi utama untuk membantu orang lain.
 Menurut Greenleaf (2002) mendefinisikan pemimpin yang melayani adalah seorang pemimpin yang sangat peduli atas pertumbuhan dan dinamika kehidupan pengikut, dirinya dan komunitasnya. 
 Bukan mendahulukan pencapaian ambisi pribadi dan kesukaannya semata. Impian dari pemimpin yang melayani adalah agar orang yang dilayani tadi akan menjadi pemimpin yang melayani juga. 
 Greenleaf menggaris bawahi bila seseorang ingin menjadi pemimpin yang efektif dan berhasil, ia harus lebih dulu memiliki motivasi dan hasrat yang besar untuk memenuhi keperluan orang lain. Artinya seorang pemimpin harus mampu mendorong pengikutnya untuk mencapai potensi optimalnya.
 "Kebanyakan orang mengatakan intelektualitaslah yang membuat seorang ilmuwan hebat. Mereka salah, yang membuatnya hebat adalah karakter" -(Albert Einstein )
 Jenderal H. Norman Schwarzkopf pernah mengatakan, "Kepemimpinan adalah kombinasi yang sangat kuat dari strategi dan karakter. Namun jika harus memilih salah satunya, pilihlah karakter."
 Karakter dan kredibilitas selalu berjalan bersama. Kepemimpinan tanpa kredibilitas cepat atau lambat akan hancur.
  Lihat saja kepemimpinan yang diguncang oleh skandal korupsi, sex atau hak asasi manusia, seperti yang terjadi pada mantan presiden Amerika, Richard Nixon, Bill Clinton atau para petinggi perusahaan Enron yang memanipulasi data keuangannya.
 Karakter membuat kita dipercaya dan rasa percaya membuat kita bisa memimpin . Seorang pemimpin tidak pernah membuat komitmen kecuali ia melaksanakannya dan ia benar-benar melakukan segalanya untuk menunjukan integritas, sekalipun hal itu tidak nyaman baginya.
 Seorang pemimpin berkarakter kuat akan dipercayai banyak orang. Mereka mempercayai kemampuan pemimpin tersebut untuk mengeluarkan kemampuan mereka yang tertahan.
  Jika seorang pemimpin tidak memiliki karakter yang kuat, ia tidak mendapatkan respek dari pengikutnya. Respek diperlukan bagi sebuah kepemimpinan yang bertahan lama. Seorang pemimpin memperoleh respek dengan mengambil keputusan yang berani dan mengakui kesalahannya. Ia juga lebih mendahulukan kepentingan terbaik pengikut dan organisasi dibandingkan kepentingan pribadinya.
  Jadi saya mengambil kesimpulan dari beberapa pendapat diatas, bahwa kepemimpinan kalah Kepemimpinan yang melayani adalah semuanya mengenai membuat tujuan-tujuan menjadi jelas dan menggulung lengan baju anda dan melakukan apa saja (yang baik) untuk menolong orang-orang agar menang. Dalam situasi itu, mereka tidak bekerja untuk kita, kita bekerja untuk mereka.
  Khususnya di kalangan masyarakat sangatlah diperlukan servant leader terutama di sektor pelayanan publik dan pemerintahan. Hal ini dapat mengatasi kesenjangan antara pemimpin dan rakyat yang dipimpinnya. Masyarakat sangat menginginkan dan menanti pemimpin yang mampu memahami dan memenuhi keperluan masyarakatnya, melalui visi dan misi dalam kepemimpinan.
 Ketika melihat orang-orang yang berhasil, pemimpin-pemimpin kita saat ini dalam menjalani kehidupannya, di dalam benak saya muncul sebuah pertanyaan? yang penting buat pertumbuhan karakter saya, yaitu apakah saya ingin menjadi orang yang berhasil/ sukses dan ingin dilayani oleh semua orang atau ingin menjadi orang yang berhasil/ sukses yang melayani orang lain? Arti kata dilayani dan melayani saya akan paparkan adalah sebagai berikut: 

1. MELAYANI
Biasanya istilah melayani ini ditujukan kepada orang yang lebih rendah kedudukan atau derajatnya. Seperti di rumah, di kantor, office boy, atau juga di pemerintahan. Dalam kehidupan bergereja juga istilah ini dipakai untuk para hamba Tuhan dalam tugas sehari-hari melayani umat (kunjungan, pemberitaan Firman, dll). Untuk melayani di setiap tugas dan tanggung jawabnya sebagai seorang pelayan untuk melayani 
  Dalam melayani banyak dasar pemikiran. Ada yang tulus. Ada yang hanya karena ada keinginan – ABS (Asal Bapak/Bos Senang), padahal dalam hatinya tidak. Termasuk dalam hal menjamu orang makan, kadang melayani tidak tulus (morete-rete mano naha wiga).
Meskipun demikian biasanya orang tidak mau melayani, justru lebih senang dilayani. Itu sebabnya orang juga mencari tempat rekreasi, restoran, bank yang memberi pelayanan yang baik. Itu juga sebabnya perusahaan-perusahaan di dunia berpacu untuk memberikan pelayanan yang terbaik, agar dapat memperoleh keuntungan yang besar. Bahkan pelayanan antar-sampai-di-tempat (delivery service) untuk usaha restoran atau bank, sudah menjadi praktik yang lazim dijalankan. Dari papparan diatas saya mengambil dua kalimat penting yaitu:
memberi diri. Tentu tugas pertama kita dalam melayani adalah meberi diri. Tidak mungkin orang mau melayani, namun tidak mau memberi diri.
melayani dengan hati. Ada sebuah lagu rohani “Hati Sbagai Hamba”. Artinya dia memberi diri melayani dengan hati yang sungguh-sungguh bahkan melupakan jabatan yang diembannya, status sosialnya untuk melayani Tuhan
Jadi melayani adalah bagian dari kehidupan kita yang mesti siap kita lakukan setiap saat, setiap waktu, setiap tempat dan keadaan. Persoalan yang muncul adalah apakah kita mau melayani dengan hati atau melayani dengan akal dan kekuatan kita atau hanya memanfaatkan di muka umum?

INGATTTTT...????

(Markus 10:35-45)
10:45 “Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.”

2. DILAYANI
Definisi dari dilayani dalam KBB tidak menjelaskan, tapi kita bisa mengartikan disetiap individu di dunia nyata yang sering kita lihat dalam aktivitas sehari-hari tanpa tidak sadar, jadi dilayani adalah orang yang telah dibantu menyiapkan (mengurus) apa yang ia perlukan, ibaratkan contoh simpel seorang bos bersantai duduk di sofa dan menyuruh anak buah untuk memakai sepatu dll.

“Mari kita belajar untuk melayani bukan bukan dilayani”


Tangerang selatan, 02 February 2019

Bertempat: kontrakan puncak jaya

Penulis: Milon Wonday

Di Terbit Jam : 06.01 wib

"Semoga bermanfaat artikel ini?
Jangan lupa koment dan Saran untuk memperkuat wawasan prnulis"

Komentar

Postingan populer dari blog ini